Agroforestry merupakan
sistem pertanaman yang didalamnya terdapat berbagai macam jenis tanaman,
seperti tanaman berumur panjang, tanaman semusim, maupun hewan ternak. Tanaman
berumur panjang yang biasa ditanam antara lain adalah tanaman berkayu seperti jati
(Tectona grandis), sengon (Paraseriantes falcataria), mahoni (Switenia macrophyla), jabon (Antocepallus cadamba) dan lain
sebagainya. Tanaman musiman yang biasa ditanam pada sistem agroforestry dapat
berupa tanaman buah yang tiap musimnya dapat dipanen, seperti mangga, mete,
jambu biji dan lain sebagainya.
Agroforestry dapat
diaplikasikan pada tegalan maupun pekarangan rumah. Pekarangan rumah di daerah
pedesaan pada umumnya difungsikan untuk menanampohon-pohon berumur panjang,
juga sebagai lokasi kandang ternak. Agroforstry tegalan pada umumnya ditanam
tanaman berumur panjang, namun belum dimanfaatkan secara maksimal, terutama
pada bagian bawah tegakan.
KKN-PPM UGM 2013 yang
bertempat di Desa Tasikhargo, Kecamatan Jatisrono mengambil tema Unit Manajemen
Agroforestry, memiliki misi untuk mengajak masyarakat desa Tasikhargo untuk
memanfaatkan lahan pekarangan dan tegalan sesuai dengan sistem agroforestry.
Sebagian besar masyarakat Tasikhargo hanya memanfaatkan sebagian kecil lahan
pekarangan dan tegalannya untuk menanam tanaman jati serta tanaman semusin
seperti ketela pohon, sedangkan masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan.
Pemanfaatan lahan ang belum dimanfaatkan tersebut diharapkan nantinya dapat
menambah penghasilan serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Tasikhargo.
Tegalan yang ada di
Desa Tasikhargo sebagian besar ditanami tanaman jati, sedangkan pekarangan
selain jati sebagain kecil ditanami mahoni. Namun demikian, di bawah tegakan
belum dimanfaatkan oleh pemilik lahan. Bawah tegakan jati dapat dimanfaatkan
sebagai lokasi penanaman pakan ternak, empon-empon dan lain sebagainya,
sedangkan disela-sela tegakan dapat ditanami dengan tanaman musiman seperti
pohon mangga, pohon mete, pohon jambu dan sebagainya. Dengan adannya
pemanfaatan lahan dibawah tegakan dapat meningkatkan taraf penghidupan serta
menambah pendapatan masyarakat. Peluang lapangan kerja di desa tersebut juga
dapad dimanfaatkan warga yang lain, karena sebagain besar warga desa tersebut
merantau ke luar kota dan yang tinggal di desa hanya orang lanjut usia dan
sedikit pemuda.
Penanaman empon-empon
di bawah tegakan memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
baik karena di Kabupaten Wonogiri terutama di Kecamatan Jatisrono terdapat
pabrik jamu serta banyak penjual jamu tradisional. Peluang tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi empon-empon seperti kunyit, kencur, jahe dan
sebagainya dan dapat menjadi salah satu pemasok komoditas empon-empon bagi
pedagang maupun pabrik jamu. Namun yang disayangkan adalah ketika banyak petani
yang menanam empon-empon, tengkulak bermain didalamnya sehingga ketika panen
datang harga empon-empon yang tadinya mahal dapat turun dan menjadi sangat
murah. Hal tersebut juga menimbulkan keengganan petani untuk menanam
empon-empon lagi. Komoditas lain yang ada di Desa ini adalah jambiu mete.
Setiap rumah memiliki pohon jambu mete di pekarangan maupun halaman rumah
mereka. Sama halnya dengan empon-empon, ketika panen mete dimulai hasil panen
mete tidak dijual ke koperasi, melainkan dijual ke tengkulak sehingga keuntungan
mereka sangat kecil. Buah mete yang kurang bagus nantinya akan disimpan dan
dikonsumsi sendiri.
Pengenalan jenis
tanaman jabon yang dilakukan adalah untuk sharing ilmu dan memperkenalkan jenis
tanaman baru yang mungkin belum semua masyarakat Desa Tasikhargo mengetahuinya.
Antusias masyarakat sangat baik, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan untuk mendapat informasi yang lebih banyak. Pengenalan jabon
dilakukan karena sedikitnya minat masyarakat untuk menanam jenis tanaman baru,
yang sebenarnya memiliki nilai ekonomi yang tidak kalah tinggi dengan tanaman
jati. Tanaman jabon memiliki keunggulan karena merupakann jenis tanaman fast
growing yang nanatinya juga dapat dipanen lebih cepat dibandingkan dengan
tanaman jati. Jika masyarakat mau menanam tanaman jabon berdampingan dengan
tanaman jati maka akan memiliki dua keuntungan, yaitu jangka pendek (ketika
memanen jabon pada umur 7-10 tahun) dan jangka panjang (panen jati ketika umur
50-60 tahun).
Kayu jabon memiliki
nilai ekonomi yang lumayan cukup tinggi, karena kayu jabon dapat dimanfaatkan
sebagai bahan kayu lapis maupun kayu pertukangan sepertihalnya kayu jati yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan sebagai kayu pertukangan dengan
kelas pertama. Harga kayu dapat tinggi apabila kayu dijual pada pihak yang
benar. Desa Tasikhargo memiliki koperasi, namun tidak berjalan bahkan dapat
dikatakan “hidup enggan, mati tak mau”. Hal tersebut karena koperasi yang ada
di Desa ini hanya digunakan ketika ada proyek dari pusat, sedangkan pada
hari-hari biasa koperasi tidak berjalan. Koperasi Desa yang tidak berjalan
mengakibatkan sebagian besar petani menjual hasil panen berupa kayu maupun
hasil tanaman semusim kepada tengkulak yang memberikan harga yang jauh dari
layak, padahal seharusnya mereka dapat mendapatkan hasil yang jauh lebih besar
jika pengelola koperasi mampu menjalankan koperasi sesuai dengan kaidah
koperasi. Adanya tengkulak yang bermain di belakang petani mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang diperoleh masyarakat.
Selain sebagai petani,
mata pencaharian lain masyarakat Desa Tasikhargo adalah menjadi buruh emping.
Sebagian besar masyarakat, terutama ibu-ibu, memiliki matapencaharian sebagai
buruh pembuat emping melinjo ketika panen melinjo datang. Upah perkilo dari
hasil buruh emping adalah Rp. 5.000,-
dan tiap harinya buruh emping dapat membuat emping antara 1-2 kg. Harga
yang diberikan kepada buruh emping jauh lebih rendah dari usaha yang
dikeluarkan (tenaga) ketika membuat emping, sedangkan harga jual emping melinjo
jadi adalah Rp.17.000,- sampai Rp. 20.000,- per kilonya. Hal ini juga
mengakibatkan pendapatan masyarakat menjadi lebih rendah.
Selain pengenalan
agroforestry, KKN-PPM UGM 2013 di Desa Tasikhargo ini juga mengembangkan CASM
(Capability, Availability, Suitability, Managebility) yang mencakup
produduktivitas lahan, ketersediaan lahan, identifikasi teknologi yang akan
dibawa masuk, serta kegiatan manajemen yang dapat dilakukan. Pengembangan CASM
yang telah dilakukan oleh Tim KKN-PPM
UGM 2013 antara lain mengetahui produktivitas yang ada berdasarkan komoditas
yang dipalikasikan pada peta komoditas yang bekerjasama bersama antara Fakultas
Kehutanan, Fakultas Geodesi dan Fakultas Geologi. Produktivitas yang diketahui
sebagian besar lahan sawah, pekarangan dan tegalan ditanami dengan tanaman
semusim seperti ketela pohon (di tegalan dan pekarangan) serta padi dan kedelai
di persawahan. Tanaman semusim yang ditanam oleh petani di Tasikhargo seperti
kedelai, jagung dan padi dirotasi setiap tahunnya. Komoditas lain yang ada
antara lain mete serta pohon jati yang ada di tegalan (hutan rakyat). Selain
mengetahui produktivitas lahan yang ada, Tim KKN juga mensurvey kepastian lahan
dengan survey penggunaan lahan yang juga diaplikasikan dalam bentuk peta penggunaan
lahan Desa Tasikhargo. Kepastian lahan
lain yang digunakan adalah dengan Latter C (data kepemilikan lahan), namun
belum diaplikasikan karena nomor persil dan peta yang digunakan kurang sesuai.
Peta dasar yang digunakan merupakan peta bidang, sedangkan nomor persil yang
ada adalah nomor per kepemilikan lahan. Aplikasi teknologi yang akan digunakan
untuk mengelola lahan yang ada. Teknologi
yang mungkin dapat digunakan antara lain dengan masuknya sistem
agroforeatry baik di tegalan maupun di pekarangan. Kegiatan dari CASM yang
belum dilakukan adalah manageability. Hal ini disebabkan karena terbatasnya
waktu yang diberikan kepada tim KKN.
No comments:
Post a Comment