Thursday 10 July 2014

TUGAS ESSAY KKN 2013


Agroforestry merupakan sistem pertanaman yang didalamnya terdapat berbagai macam jenis tanaman, seperti tanaman berumur panjang, tanaman semusim, maupun hewan ternak. Tanaman berumur panjang yang biasa ditanam antara lain adalah tanaman berkayu seperti jati (Tectona grandis), sengon (Paraseriantes falcataria), mahoni (Switenia macrophyla), jabon (Antocepallus cadamba) dan lain sebagainya. Tanaman musiman yang biasa ditanam pada sistem agroforestry dapat berupa tanaman buah yang tiap musimnya dapat dipanen, seperti mangga, mete, jambu biji dan lain sebagainya.
Agroforestry dapat diaplikasikan pada tegalan maupun pekarangan rumah. Pekarangan rumah di daerah pedesaan pada umumnya difungsikan untuk menanampohon-pohon berumur panjang, juga sebagai lokasi kandang ternak. Agroforstry tegalan pada umumnya ditanam tanaman berumur panjang, namun belum dimanfaatkan secara maksimal, terutama pada bagian bawah tegakan.
KKN-PPM UGM 2013 yang bertempat di Desa Tasikhargo, Kecamatan Jatisrono mengambil tema Unit Manajemen Agroforestry, memiliki misi untuk mengajak masyarakat desa Tasikhargo untuk memanfaatkan lahan pekarangan dan tegalan sesuai dengan sistem agroforestry. Sebagian besar masyarakat Tasikhargo hanya memanfaatkan sebagian kecil lahan pekarangan dan tegalannya untuk menanam tanaman jati serta tanaman semusin seperti ketela pohon, sedangkan masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan. Pemanfaatan lahan ang belum dimanfaatkan tersebut diharapkan nantinya dapat menambah penghasilan serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Tasikhargo.
Tegalan yang ada di Desa Tasikhargo sebagian besar ditanami tanaman jati, sedangkan pekarangan selain jati sebagain kecil ditanami mahoni. Namun demikian, di bawah tegakan belum dimanfaatkan oleh pemilik lahan. Bawah tegakan jati dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penanaman pakan ternak, empon-empon dan lain sebagainya, sedangkan disela-sela tegakan dapat ditanami dengan tanaman musiman seperti pohon mangga, pohon mete, pohon jambu dan sebagainya. Dengan adannya pemanfaatan lahan dibawah tegakan dapat meningkatkan taraf penghidupan serta menambah pendapatan masyarakat. Peluang lapangan kerja di desa tersebut juga dapad dimanfaatkan warga yang lain, karena sebagain besar warga desa tersebut merantau ke luar kota dan yang tinggal di desa hanya orang lanjut usia dan sedikit pemuda.
Penanaman empon-empon di bawah tegakan memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik karena di Kabupaten Wonogiri terutama di Kecamatan Jatisrono terdapat pabrik jamu serta banyak penjual jamu tradisional. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memproduksi empon-empon seperti kunyit, kencur, jahe dan sebagainya dan dapat menjadi salah satu pemasok komoditas empon-empon bagi pedagang maupun pabrik jamu. Namun yang disayangkan adalah ketika banyak petani yang menanam empon-empon, tengkulak bermain didalamnya sehingga ketika panen datang harga empon-empon yang tadinya mahal dapat turun dan menjadi sangat murah. Hal tersebut juga menimbulkan keengganan petani untuk menanam empon-empon lagi. Komoditas lain yang ada di Desa ini adalah jambiu mete. Setiap rumah memiliki pohon jambu mete di pekarangan maupun halaman rumah mereka. Sama halnya dengan empon-empon, ketika panen mete dimulai hasil panen mete tidak dijual ke koperasi, melainkan dijual ke tengkulak sehingga keuntungan mereka sangat kecil. Buah mete yang kurang bagus nantinya akan disimpan dan dikonsumsi sendiri.
Pengenalan jenis tanaman jabon yang dilakukan adalah untuk sharing ilmu dan memperkenalkan jenis tanaman baru yang mungkin belum semua masyarakat Desa Tasikhargo mengetahuinya. Antusias masyarakat sangat baik, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan untuk mendapat informasi yang lebih banyak. Pengenalan jabon dilakukan karena sedikitnya minat masyarakat untuk menanam jenis tanaman baru, yang sebenarnya memiliki nilai ekonomi yang tidak kalah tinggi dengan tanaman jati. Tanaman jabon memiliki keunggulan karena merupakann jenis tanaman fast growing yang nanatinya juga dapat dipanen lebih cepat dibandingkan dengan tanaman jati. Jika masyarakat mau menanam tanaman jabon berdampingan dengan tanaman jati maka akan memiliki dua keuntungan, yaitu jangka pendek (ketika memanen jabon pada umur 7-10 tahun) dan jangka panjang (panen jati ketika umur 50-60 tahun).
Kayu jabon memiliki nilai ekonomi yang lumayan cukup tinggi, karena kayu jabon dapat dimanfaatkan sebagai bahan kayu lapis maupun kayu pertukangan sepertihalnya kayu jati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan sebagai kayu pertukangan dengan kelas pertama. Harga kayu dapat tinggi apabila kayu dijual pada pihak yang benar. Desa Tasikhargo memiliki koperasi, namun tidak berjalan bahkan dapat dikatakan “hidup enggan, mati tak mau”. Hal tersebut karena koperasi yang ada di Desa ini hanya digunakan ketika ada proyek dari pusat, sedangkan pada hari-hari biasa koperasi tidak berjalan. Koperasi Desa yang tidak berjalan mengakibatkan sebagian besar petani menjual hasil panen berupa kayu maupun hasil tanaman semusim kepada tengkulak yang memberikan harga yang jauh dari layak, padahal seharusnya mereka dapat mendapatkan hasil yang jauh lebih besar jika pengelola koperasi mampu menjalankan koperasi sesuai dengan kaidah koperasi. Adanya tengkulak yang bermain di belakang petani mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diperoleh masyarakat.
Selain sebagai petani, mata pencaharian lain masyarakat Desa Tasikhargo adalah menjadi buruh emping. Sebagian besar masyarakat, terutama ibu-ibu, memiliki matapencaharian sebagai buruh pembuat emping melinjo ketika panen melinjo datang. Upah perkilo dari hasil buruh emping adalah Rp. 5.000,-  dan tiap harinya buruh emping dapat membuat emping antara 1-2 kg. Harga yang diberikan kepada buruh emping jauh lebih rendah dari usaha yang dikeluarkan (tenaga) ketika membuat emping, sedangkan harga jual emping melinjo jadi adalah Rp.17.000,- sampai Rp. 20.000,- per kilonya. Hal ini juga mengakibatkan pendapatan masyarakat menjadi lebih rendah.
Selain pengenalan agroforestry, KKN-PPM UGM 2013 di Desa Tasikhargo ini juga mengembangkan CASM (Capability, Availability, Suitability, Managebility) yang mencakup produduktivitas lahan, ketersediaan lahan, identifikasi teknologi yang akan dibawa masuk, serta kegiatan manajemen yang dapat dilakukan. Pengembangan CASM yang  telah dilakukan oleh Tim KKN-PPM UGM 2013 antara lain mengetahui produktivitas yang ada berdasarkan komoditas yang dipalikasikan pada peta komoditas yang bekerjasama bersama antara Fakultas Kehutanan, Fakultas Geodesi dan Fakultas Geologi. Produktivitas yang diketahui sebagian besar lahan sawah, pekarangan dan tegalan ditanami dengan tanaman semusim seperti ketela pohon (di tegalan dan pekarangan) serta padi dan kedelai di persawahan. Tanaman semusim yang ditanam oleh petani di Tasikhargo seperti kedelai, jagung dan padi dirotasi setiap tahunnya. Komoditas lain yang ada antara lain mete serta pohon jati yang ada di tegalan (hutan rakyat). Selain mengetahui produktivitas lahan yang ada, Tim KKN juga mensurvey kepastian lahan dengan survey penggunaan lahan yang juga diaplikasikan dalam bentuk peta penggunaan lahan Desa Tasikhargo.  Kepastian lahan lain yang digunakan adalah dengan Latter C (data kepemilikan lahan), namun belum diaplikasikan karena nomor persil dan peta yang digunakan kurang sesuai. Peta dasar yang digunakan merupakan peta bidang, sedangkan nomor persil yang ada adalah nomor per kepemilikan lahan. Aplikasi teknologi yang akan digunakan untuk mengelola lahan yang ada. Teknologi  yang mungkin dapat digunakan antara lain dengan masuknya sistem agroforeatry baik di tegalan maupun di pekarangan. Kegiatan dari CASM yang belum dilakukan adalah manageability. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu yang diberikan kepada tim KKN.

No comments:

Post a Comment